Rabu, 03 Desember 2008

Ketaatan Yesus: Inspirasi Hidup Menggereja


I. PENDAHULUAN
Dalam seluruh rangkaian hidup dan karyaNya, Yesus telah memberikan model ketaatan total kepada BapaNya, yang berpuncak pada kematianNya di kayu salib. Yesus sebagai Putera Allah rela menjadi manusia dan rela menderita sengsara untuk menebus dosa-dosa manusia. Karena ketaatanNyalah, Bapa meninggikanNya melebihi segala makhluk. Setelah wafatNya, Bapa membangkitkanNya dan mengenakan kembali kepadaNya kemuliaan Allah.
Ketaatan Yesus ini seharusnya menjadi model ketaatan Gereja saat ini dalam tugas perutusan untuk melanjutkan karya keselamatan Allah. Gereja kini diutus untuk melanjutkan karya keselamatan itu dalam hidupnya. Dalam perjalanan hidupnya, Gereja tak sendirian karena Allah telah mengutus RohNya untuk mendampingi Gereja.
II. KETAATAN YESUS DALAM HIDUP DAN KARYA-NYA
a. Lahir sebagai Manusia
Ketaatan Yesus kepada Bapa pertama-tama tampak nyata saat kelahiranNya menjadi manusia. Peristiwa ini yang selanjutnya disebut sebagai peristiwa inkarnasi, yang dalam Injil Yohanes (1:14) dikatakan: “Firman telah menjadi manusia”. Peristiwa ini ditegaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, yang menyatakan bahwa Yesus “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2:7).
Secara historis peristiwa kelahiran Yesus secara lengkap dikisahkan oleh Injil Matius dan Lukas. Mulanya malaikat Allah (Gabriel) diutus Allah untuk menyampaikan kabar sukacita kepada Maria, seorang perawan yang telah bertunangan dengan Yusuf, bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang juruselamat. Karena imannya akan Allah, Maria menerima tugas perutusannya itu dan turut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah.
Peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran Yesus pun dapat kita lihat sebagai acuan bagaimana ketaatan Yesus itu terwujud. Ini dapat kita lihat dalam proses kelahiranNya yang amat sederhana. Ia lahir di sebuah palungan (lih. Luk 2:7). Selain itu beberapa hari sesudah kelahiranNya, Ia pun harus menghadapi penolakan oleh bangsaNya, melalui kebijakan pemerintahan Herodes yang menghendaki agar semua bayi laki-laki yang baru lahir dibunuh. Ini terutama dilatarbelakangi oleh kekhawatiran Herodes akan kekuasaannya. (Mat 2:13)1.
Dari peristiwa ini nyatalah perkataan Paulus, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2:7). Karena ketaatanNya kepada Bapa-lah Yesus sudi lahir menjadi seorang manusia.
b. Karya Yesus: Mewartakan Kerajaan Allah
Selanjutnya ketaatan Yesus kepada Bapa dapat dilihat dalam keseluruhan karya-Nya. Ia sendiri menyatakan, “makananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh 4:34). Konsekuensi dari ketaatanNya ini tercermin dalam seluruh pewartaanNya.
Satu-satuNya program hidup Yesus adalah mewartakan Kerajaan Allah. “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Tema “Kerajaan Allah” (Basilea) tidak khas hanya untuk Yesus. Para nabi atau guru Yahudi pada waktu itu juga mengajarkan tema Kerajaan Allah ini. Yang khas pada Yesus adalah bahwa tema Kerajaan Allah itu menjadi satu-satunya pewartaan dan proyek hidup Yesus2.

Berulang kali Yesus mengatakan bahwa Ia harus melaksanakan kehendak Bapa. Telah dikatakan dalam Surat kepada Jemaat Ibrani bahwa seluruh hidup Yesus, dari awal sampai akhir hidupNya, dipandang dari sudut pandang pelaksanaan kehendak Bapa: “kurban dan persembahan........tidak Engkau kehendaki.....dan kemudian Ia berkata, sungguh Aku datang untuk melakukan kehendakMu” (Ibr. 10:8-9). Bapa menghendaki keselamatan dan penebusan manusia yang berarti datangnya Kerajaan Allah3.

III. KETAATAN YESUS DALAM PERISTIWA SALIB
Ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa secara total berpuncak pada peristiwa salib, yakni sengsara, wafat, dan kebangkitanNya. Dari peristiwa salib ini kita dapat melihat bagaimana ketaatan Yesus itu terwujud.
a. Sengsara Yesus
Pada seluruh peristiwa sengsaraNya, ketaatan Yesus juga nampak pada pergulatanNya di Taman Getsemani. Di sana Ia berdoa, “Biarlah cawan ini lalu dari padaKu” (Mat 26:39). ‘Cawan’ dalam Perjanjian Lama sering diartikan sebagai murka Allah atau pun hukuman yang harus ditanggung manusia. Ini agak berbeda dengan pengertian ‘cawan’ yang harus ditanggung Yesus. Kata ‘cawan’ ini mengacu pada sengsara yang akan memuncak dalam kematianNya. Diartikan pula sebagai lambang peperangan dahsyat yang timbul pada saat si jahat dikalahkan oleh Kerajaan Allah dalam diri Yesus. Dalam peristiwa Getsemani ini, Yesus dihadapkan pada pilihan hidup-matiNya. Oleh karena ketaatanNya, akhirnya Ia sampai pada keputusan final untuk menerima ‘cawan’ itu dengan berkata, “Jadilah kehendakMu” (Mat 26:42)4.
b. Wafat Yesus
Konsekuensi akhir ketaatan Yesus pada kehendak Bapa adalah kematianNya di kayu salib. Inilah “cawan” yang harus Ia minum, berupa ‘hukuman’ mati di salib. Hukuman mati di salib bagi pemerintahan Romawi saat itu adalah suatu kehinaan, yang hanya diberikan kepada para penjahat. Bagi pemerintahan Romawi dan orang Yahudi, Yesus merupakan penjahat karena Ia dianggap sebagai pemberontak dan penghojat Allah (lih. Mrk. 11:15-19 dan 14:62-64).
Namun demikian, Yesus dengan rela menerima konsekuensi ini sebagai bagian dari pewartaanNya serta ikhtisar dan ringkasan dari seluruh pewartaanNya. WafatNya menjadi bagian dari pewartaan Kerajaan Allah sendiri, bahkan menjadi isi dari kedatangan Kerajaan Allah itu sendiri. “Kematian Yesus adalah bentuk perwujudan Kerajaan Allah, di mana Kerajaan Allah tampak dalam ketidakberdayaan, kemuliaan dalam kehinaan, kekayaan dalam kemiskinan, kasih dalam kesepian yang ditinggalkan, kepenuhan dalam kekosongan, kehidupan dalam kematian”5.
Dari sini kita dapat melihat bagaimana perwujudan ketaatanNya secara total kepada Bapa yang Ia ungkapkan melalui wafatNya di kayu salib. Ia menyerahkan hidupNya di dunia sepenuhnya kepada Bapa, sampai akhirnya Ia berkata “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Luk. 23:46).
c. Kebangkitan Yesus
Kebangkitan merupakan jawaban Bapa terhadap penyerahan total diri Yesus. Bapa menjawab penyerahan diri Yesus itu dengan membangkitkanNya dari antara orang mati. Peristiwa ini menjadi pokok dan sumber penyelamatan dunia6. Melalui kebangkitan, Allah meninggikanNya mengatasi semua makhluk, hingga seluruh ciptaan sujud di hadapanNya seperti kepada Allah (lih. Flp. 2:8-11).

IV. RELEVANSI KETAATAN YESUS DALAM GEREJA SAAT INI
Roh Kudus Diutus untuk Mendampingi Gereja dalam Melanjutkan Karya Yesus
Setelah kebangkitanNya, beberapa kali Yesus menjumpai murid-muridNya. Salah satu dari peristiwa ini dapat kita lihat saat penampakanNya kepada para muridNya yang masih ketakutan (Lih. Yoh 20:19-23). Saat itu terjadi peristiwa penting, di mana Yesus mengutus para muridNya. “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”. Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:21-22). Inilah perutusan yang diberikan kepada para murid, yaitu perutusan yang satu dan sama. Dan dalam perutusan itu, Yesus telah menghembuskan RohNya sendiri7.
Peristiwa itu dapat kita lihat sebagai peran Roh Kudus dalam Gereja. “Karya Roh Kudus dalam Gereja ialah mengingatkan Gereja akan peristiwa Yesus Kristus, dalam arti biblis Anamnese yaitu penghadiran secara nyata, kini dan di sini, dari peristiwa keselamatan Allah dalam Kristus”8. Roh Kudus senantiasa mendampingi Gereja dalam meneruskan karya Yesus, yakni melakukan kehendak Allah.
Roh Kudus tidak pernah hadir demi diriNya sendiri. Roh Kudus hadir karena diutus oleh Allah. Roh Kudus diutus oleh Bapa dalam nama Kristus untuk “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26)9. Roh Kudus itu tidak lain adalah Allah sendiri yang berkarya di dunia dan di dalam Gereja. Roh Kudus menjadikan diri kita sebagai anak-anak Allah10, sehingga kita mengikuti Keputeraan Yesus Kristus11. Maka tugas dan perutusan kita (Gereja) saat ini adalah melaksanakan kehendak Allah dalam hidup kita, sebagaimana telah dilaksanakan oleh Yesus sendiri.
V. PENUTUP
Tugas perutusan Gereja saat ini adalah melaksanakan kehendak Allah dalam hidup. Gereja yang dipanggil sebagai anak-anak Allah turut berpartisipasi dalam Keputraan Yesus Kristus, yang telah memberikan teladan sempurna dalam ketaatan sebagai seorang anak. Model ketaatan Yesus ini yang seharusnya menjadi cara Gereja dalam melaksanakan kehendak Allah.


CATATAN AKHIR

[1] bdk. E.Martasudjita, Pr., Mencintai Yesus Kristus, Kanisius, Yogyakarta 2001, 60.
2 E.Martasudjita, Pr., Mencintai Yesus Kristus, 77.
3 bdk. C. Van Paassen SCJ, Komentar Konstitusi SCJ: Ketaatan Yesus, seperti dikutip Suharjono, Taat Kepada Kristus dan Taat Seperti Kristus: Refleksi Kaul Ketaatan dalam Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2007, 26.
4 bdk. St.Leks, “Kisah Sengsara Yesus Versi Matius: Yesus Berdoa di Getsemani (II)”, Hidup, ( ), 24 Maret 1999, 11.
5 E. Martasudjita, Pr., Mencintai Yesus Kristus, 101-102.
6 bdk. E. Martasudjita, Pr., Mencintai Yesus Kristus, 125-127.
7 bdk. G. Tisera, SVD, Firman Telah Menjadi Manusia, Kanisius, Yogyakarta 1992, 113.
8 E.Martasudjita, Pr., Makna dan Peran Roh Kudus dalam Hidup Kristiani, Kanisius, Yogyakarta 1998, 43.
9 E.Martasudjita, Pr., ”Kehidupan Kristus di Tengah Umat Manusia Zaman ini”, Orientasi Baru, Vol. 13, ( ) 2000, 115.
10 Santo Paulus mengajarkan kepada kita: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru “Ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15)
11bdk. E.Martasudjita, Pr., Pengantar Iman Kristiani, Pro-Manuskripto, Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2007, 54.


(Artikel ini merupakan ringkasan Matakuliah Mysterium Christi - FTW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar